Pagi itu masih petang aku bangun dari tidurku kemudian mengambil wudlu dan sholat, setelah sholat ku melihat bapak bersiap-siap untuk berangkat ke sawah, sebagai anak yang sangat ingin berbakti kepadanya, aku pun bersiap-siap dengan ganti baju kotor untuk pergi ke sawah menemani bapak. Sekitar pukul 06.00 pagi kita berangkat bersama matahari masih enggan untuk menampakkan mukanya karena pagi ini langit terlihat mendung itu membuatku semnagat untuk pergi ke sawah karena apa, aku tidak akan merasa panas ketika di sawah, maklum anak muda yang lagi naik daun takut kalo terlihat hitam waktu di kampus(hihihihi).
Di jalan yang setapak menuju sawah masih terasa licin bekas air hujan yang turun semalam nonstop, aku pun berhati hati menginjakkan kaki ini takut terjatuh dan telempang di sawah. Apa kata dunia jika ku jatuh di sawah. Setelah menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 15 menit sampailah kita ke destination yang mempunyai misi untuk memberantas para pengganggu padi yaitu rumput-rumput yang hidup bebas di sawah tanpa di inginkan kehadirannnya karena itu bisa membuat padi sulit berbuah yang biasa kita panggil “matun” yang artinya mencabuti rumput yang hidup di sekekliling padi.
Sebelum ku terjun ke sawah ,ce ile terjun paralayang kali terjun”biar keren dikit sob” hehehe. Karena ku bawa Handpone ku jadi ku ambil foto-foto bentar di pinggir sawah, biasa sob namanya juga orang narsis, karena sepi masih pagi akupun tak tanggung tanggung untuk mengambil foto yang take nya di pinggir sawah. Akhirnya setelah jeprat-jepret beberapa foto ku turun ke sawah berjibaku dengan rumput-rumput yang di anggap sebagai pengganggu padi, yang namnya sawah pastinya banyak lumpur pakaianpun kotor”ya iyalah kotor namnya juga di sawah kalo mau bersih yak e mall,masjid pasti bersih. Ku bersanding di sebelah bapak sambil ngobrol-ngobrol memecah keheningan dan keseriusan kita menghajar rumput.
“kok banyak banget pak rumputnya?”
Iya cong kemarin waktu kasih urea tidak di campuri obat
“emang obat apa pak?’”
Obat panadol….” Bapak bercanda”
“hahaha. La ko’ panadol she pak?”
Ya gal ah cong, itu obat apa lupa bapak namanya.
Setelah beberapa menit sekitar 30 menit akupun merasa capek,lelah bahasa kerennya tired. berdirilah aku dan mencari tempat duduk di pinggir sawah kebetulan ada pohon pisang jadi daunnya bisa ku manfaatkan sebagai alas untuk duduk. Melihat pemandangan yang begitu indah dan hijau, serasa sejuk jiwa ini yang begitu lelah dengan kehidupan di kota yang begitu hiruk pikuk membuat capek pikir juga capek otak, eh emang beda ya pikir ma otak, kayaknya sama aja deh, oh iya ya.hehehehe
Melihat pemandangan begitu indah ingin rasanya ku hidup kembali di desa ini, kapan ku bisa kembali kesini menghabiskan sisa-sisa hidup di pematnagn nan hijau ini. Ku berharap setelah lulus kuliah nanti ku bisa kembali kesini untuk membangun desa yang telah menjadikan aku besar seperti ini, meskipun belim bisa membanggakan ayah dan ibu tapi ku akan terus berusaha. “Dor!!!! “ suara itu membuyarkan lamunanku yang jauh terbang antara Surabaya dan Bojonegoro, cepat banget mengalahkan pesawat terbang apalagi bus sumber kencono, mereka butuh 2 jam dari Surabaya ke Bojonegoro, tapi tidak dengan lamunanku, hanya semenit lamunan ini bisa menghantarkan kesana kemari,(kesana kemari mencari alamat….tet tet .hahahaha) tambah nyanyi ayu ting ting. Lamunan ini di hancurkan teman SD, dia berangkat untuk mencari rumput buat sapi peliharannya. “Alhamdulillah dalam hati ini berdecak bersyukur karena memandang temanku yang jauh lebih susah dari pada ku”.
“Eh Ab pene nang endi?”
“ ki mar pene golek suket, biasa rutinitas.”
“wah sugeh ki duwe sapi”hehehehe
“ngeneki opo mar. yo enak awakmu ga gliput lemah.resek trus”
“ah ab iso ae awakmu”
“y owes mar tak terusno yo”
“oke oke…..”
Ab adalah temanku dulu yang sempat kupaksa ku ajak naik kelas, dia nakal banget dulu, semua teman pada takut di mintai uang waktu TK, karena sudah lama di TK makanya para guru ingin menaikkan dia supaya terus belajar, akhirnya dengan sedikit memaksa aku ma teman-teman merayu dia supaya ikut naik kelas. Akhirnya dengan sedikit insiden pemaksaan dia menyetujui tuk naik kelas. Akhirnya dia menjadi temanku. Begitulah sedikit cerita temanku yang satu ini.
Akhirnya ku kembali melanjutkan ke tengah sawah untuk membantu bapakku, sekilas ku lihat wajah bapak sudah tampak tua, tetapi saya sangat salut sekali dengan system kerja bapak, dia disiplin bekerja. Sehinnga menjadikan ke-9 anaknya menjadi dewasa, besar-besar seperti aku ini. Terima kasih ayah, bapak, my best Father I love you so much. Jadi terharu ingin meneteskan air mata.hiks hiks……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar