Rabu, 25 Juli 2012

mencari sebuah makna hidup dari kisah orang lain

Mencari makna hidup Hari ini saya merasa tidak mempunyai aktifitas yang berarti, dengan itu saya mencoba mengunjungi saudara sepupu yang tempatnya tidak jauh dari temat tinggalku. Malam itu sekitar pukul 7.30 sehabis sholat isya, saya melepas baju gamis seusai solat dan ganti kaos pendek dilengkapi bawahan celana pendek, motorpun dinyalakan dan menelusuri gang-gang kecil yang ramai karena malam ini adalah malam minggu dimana waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga dan bercanda di bawah bulan yang begitu bersinar terang. Tidak sampai 15 menit saya sampai ke toko tempat jualan saudara sepupuku tersebut, kamipun memulai mengobrol ringan dari Tanya kabar sampai akhirnya perbincangan kita menjadi serius “tentang makna hidup” “Mas dalam hidup kamu pernahkah mengalami hidup yang paling susah, bisa dibilang anda di bawah titik nadhir?”tanyaku serius “Oh “dia mendongah ke atas dan menghela nafas dalam-dalam sambil berfikir menerawang dan mengingat kejadian yang akan dia kisahkan kepadaku. Dulu kehidupan tidak semudah sekarang ini dik, kehidupan dulu itu sangat susah, uang sulit dicari, sementara kehidupan terus dihantui dengan kebutuhan makan sehari-hari, saat itu usiaku 12 tahun lulus SD, pada saat itu adalah saat dimana anak-anak kecil sedang asik-asiknya memikirkan kesenangan mereka, apa yang ia inginkan harus terwujud di depannya, tapi tidak denganku, saya anak kedua dari saudaraku, adik-adikku 3 masih kecil mereka membutuhkan makan untuk kehidupannya, sementara bapak hanya bekerja sebagai penyalur sapi, pergi ke pasar seminggu hanya dua kali. Dengan semangat untuk membangun keluarga ini dari keterpurukan saya tidak memikirkan apa itu pendidikan setelah SD, saya pergi mencari modal untuk menjadi penjual asongan di bus-bus jurusan Surabaya –bojonegoro, ketika mental ini mulai mantap saya pergi ke Surabaya dengan profesi yang sama, sebagai pedagang asongan tapi berbeda yaitu jurusan bungur perak. Banyak hal yang ku alami di perjalanan hidup ini, tapi saya tetap teguh menjalani hidup ini, suatu hari ada keluargaku yang tinggalnya daerah bungur tahu saya jualan di bus dengan usia yang masih kecil saat itu usia 15 tahun masa dimana sedang asik-asiknya mengenyam pendidikan di waktu SMP, saudaraku pun menegur “loh kamu kok jualan disini?” “ iya mas” jawabku tanpa malu “oh ya sudah ga papa di lanjutkan saja” Tiba tiba suatu hari dia datang menemuiku dan dia menawari sebuah pekerjaan yaitu sebagai penjaga toko. Tanpa berfikir panjang saya menundukkan kepala dan berkata “iya”. Setelah itu hidupku mulai berubah, saya masih ingat sekali saya masuk umur 18 tahun , sudah mulai dewasa untuk di percayai memegang sebuah toko, hari demi hari kulakukan dengan aktifitas sebagai penjual di sebuah toko kecil yang tak jauh dari jalan raya, tak lupa doa terus saya panjatkan, wirid-wirid yang di ijazahi ustad dulu saya tempel di kaca sembari berjualan saya baca wirid tersebut. penjualanpun naik dengan bagus, dan saya di percayai untuk mengelola seluruh keuangan sampai kulakan ke tempat grosirnya saya yang melakukan, dari situ saya belajar tentang management penjualan dan usaha kecil, saya tahu barang-barang apa yang bagus di jual pada waktu sekarang, tak terasa saya sudah 10 tahun lebih menjadi follower atau pengikut orang, di waktu itu saya mampu membiayai adik-adikku untuk melanjutkan sekolah sampai tingkatan SMA dan adik yang terakhir mampu sebagai hafidloh dengan biaya yang ku dapatkan dari ikut orang tersebut. Saatnya saya harus move on pada waktu itu adik semua sudah selesai kuliah dan saatnya saya menikah, Alhamdulillah meskipun saya lulusan SD, tapi istri saya seorang guru SD dan telah lulus kuliah pendidikan S1, setelah nikah saya tidak tinggal diam, saya sudah cukup lama ikut orang, ketika itu tak jauh dari toko, ada secuil stand yang berukuran 1x1 meter. Bayangkan cukup imut bukan, tapi karena saya sudah belajar ilmu jualan selama puluhan tahun, Alhamdulillah saya buka usaha sendiri. Dan sekrang saya bisa membangun rumah di desa dan saya berencana untuk membuat toko di desa saya tersebut. Itulah kisahku mar, kisah perjalanan hidupku, hidup ini memang tantangan tapi kita harus hadapi dan pahami jangan dilawan. Dekati hidupmu dan taklukkan itu. Satu setengah jam tak terasa kami berbincang-bincang. Begitu banyak hal yang saya dapatkan. Begitulah kisah ini saya dapatkan.semoga bermanfaat dik. Author: Amar Mikimaru